Jumat, 15 Oktober 2010

Adrilsyah Adnan
Nama : Adrilsyah Adnan
Jenis Usaha : Clothing
Merek Usaha : Warning, 74, Magma, Camo

Lokasi Usaha : Bandung, Jakarta, Surabaya,
Jogjakarta, Purwakarta
Mulai Usaha : 1997
Usaha lainnya : Pemasok bahan clothing


Bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang diinginkan memang jadi sebuah keharusan. Apalagi ketika memulai usaha baru. Tentu, tak bisa berleha-leha untuk mengerjakannya karena harus memenuhi target yang diinginkan. Hal itulah yang dilakukan Adrilsyah Adnan saat memulai karirnya menjadi pengusaha.


Adril adalah seorang perantau yang berasal dari Bukit Tinggi. Ia telah menyelesaikan kuliahnya di bandung pada tahun 1997. Untuk menyambung hidupnya, ia harus untuk menecari cara untuk mendapatkan uang. Ia memulainya dengan menjadi brooker sweater rajut di Bandung untuk di jual ke Jakarta. Dari Ibu Kota, ia datang ke kembali dengan membawa topi untuk di pasarkan di Bandung. Walaupun untung yang ia dapatkan sedikit, usaha ini tetap ia tekuni selama beberapa bulan

Bisnis yang berawal dari kebutuhan itu pun berkembang jadi usaha menguntungkan. Itu bermula dari Adril yang menemukan celah baru di dunia bisnis. Penjualan topi pun tak mengandalkan lagi produk asal Jakarta. Sedikit demi sedikit, ia membangun konveksi yang khusus membuat topi.Setelah cukup berkembang, ia memberanikan diri membuka usahanya dalam bentuk toko di kawasan Parahyangan Plaza. Toko topi dengan merek dagang Warning ini pun cukup laku. Darisana ia pun mulai mengembangkan sayapnya dengan membuka produk baru. Di tahun 2000 ia pun jadi pelopor bisnis pakaian distro di kawasan Parahyangan Plaza.

Adril pun mulai dengan membuat produk berupa kaos, tas, hingga apparel distro lainnya. Ia pun tak hanya membuka tokonya di Bandung. Untuk memperluas jaringan usahanya, Adril membuka clothingnya di beberapa kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta serta Purwakarta.

Usahanya berjalan dengan lancar. Sekarang ia membuat clothing dengan merek baru yaitu 74 yang diambil dari tahun kelahirannya. Warning pun berpindah tempat, dan toko yang ada di Parahyangan dijadikan clothing 74. Ia kembali membuka merek baru yaitu Magma dan Camo. Sebetulnya, semua merek milik Adril itu bergerak di bidang yang sama. Cuma, ia pintar memanfaatkan segmentasi pasar yang terbagi jadi beberapa macam.

Saat ini, ia juga jadi pemasok bahan untuk beberapa distro di Bandung. Awalnya memang ia belanja hanya untuk keperluan clothingnya. Tapi, karena ada permintaan dari rekanan bisnisnya, Adril pun memulai usaha barunya untuk menjual bahan. Sekarang, adril yang awalnya mondar mandir Bandung Jakarta untuk mencari tambahan kebutuhan hidup sudah tinggal menikmati hasilnya. Malah, ia pun ikut membuka peluang kerja baru dengan puluhan karyawan serta vendornya

http://www.nuansahati.co.cc/2010/02/profil-pengusaha-sukses-adrilsyah-adnan.html
Diposkan oleh iyan.priasuswanta di 04.51 0 komentar
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google Buzz
Label: profil wirausaha
Indra Bigwanto
Siapa yang pernah mendengar nama Bandung FM ? Bagi pendengar setia radio, nama stasiun yang satu ini masih cukup asing. Setidaknya dalam kurun waktu enam bulan ke belakang. Wajar saja, pendengarnya juga hanya diperkirakan 3.000 orang. Bahkan, peringkatnya juga hampir paling bontot, yaitu di posisi 46.


Oleh Administrator, 14 Juli 2009

Nama Usaha : Bandung FM

Mulai Usaha : 1988

Usaha Lain : Guard Indonesia, Editor Best 1 Djarum

: Sekolah Manajemen Radio

Lokasi Usaha : Bandung

Organisasi : PRSSNI (Ketua II Jawa Barat)

: PRSSNI (Kaetua I Pusat)

: Ketua Tim Task Force Suara Aceh (With UNESCO)

: Instruktur Unesco









Siapa yang pernah mendengar nama Bandung FM ? Bagi pendengar setia radio, nama stasiun yang satu ini masih cukup asing. Setidaknya dalam kurun waktu enam bulan ke belakang. Wajar saja, pendengarnya juga hanya diperkirakan 3.000 orang. Bahkan, peringkatnya juga hampir paling bontot, yaitu di posisi 46.



Namun, siapa sangka hanya dalam waktu enam bulan, Bandung FM langsung meroket. Memang masih belum setenar radio swasta yang sudah berdiri puluhan tahun. Tapi yang ajaib, justru beberapa radio berpamor tinggi peringkatnya sudah disalip radio yang bisa disebut masih “anak bawang”. Pendengarnya bertambah puluhan kali lipat menjadi sekitar 90 ribu. Sementara peringkatnya langsung menyodok ke posisi 11.



Jangan tanya soal modal atau promosi besar-besaran. Pasalnya sang pemikir satu ini tak mengandalkan jurus tersebut untuk memajukan radio yang baru satu semester digarapnya. Nah, kuncinya ternyata ada pada program yang dibuat untuk menarik jumlah pendengar yang banyak.



Sebelum melanjutkan ke cerita berikutnya, mari kita berkenalan dengan orang yang membuat Bandung FM cepat “berlari”. Ia adalah Indra Bigwanto. Lelaki kelahiran September 1962 inilah yang mampu menaikan pamor radio sepi pendengar jadi favorit.



“Banyak komunitas yang bisa digarap, kami merangkul ujung tombaknya dan itu terbukti berhasil,” ujar Indra.



Salahsatu komunitas yang dituju adalah kelompok pendukung Persib Bandung. Komunitas yang tergabung dalam Viking ini ia manfaatkan sebagai pasar. Dua “gegedug” Viking diajak kerjasama sebagai penyiar, Ayi Beutik dan Yana Bool. Dan program inilah yang jadi unggulan di Bandung FM.



“Program republik bobotoh (program siaran Ayi dan Yana) memang sengaja dibuat, selain komunitasnya banyak, ini juga merupakan perwujudan konsep di masa lalu saya yang sempat membuat tabloid Bobotoh,” jelas Indra.



Selain komunitas pecinta Persib, Indra dan timnya juga memanfaatkan komunitas lainnya seperti otomotif, blogger, ataupun film. Nah, program yang dibuatnya ini rupanya dapat merangkul banyak pendengar untuk beralih ke frekuensi 95.2 Bandung FM.



Urusan radio memang sudah menjadi santapan Indra sejak dulu. Pertama kali ia terjun ke dunia kerja, Indra langsung menggeluti dunia radio di Radio Famor di tahun 1988. Tak lama dari itu, ia beralih ke media cetak dan bergabung ke koran Pikiran Rakyat . Lalu PR membuat radio, dan Indra pun kembali dipercaya menggawangi radio PR sebagai Station Manager.



Tahun 1990, Indra kembali pindah. Kali ini radio OZ jadi pelabuhan berikutnya. Di radio ini Indra yang dipercaya sebagai Direktur selama 10 tahun membuat banyak perubahan. Banyak program yang dibuat bersama timnya seperti komputerisasi, pengadaan OB Van, serta mampu meningkatkan pendapatan karyawannya. Bahkan, Indra juga sempat satu era dengan P Poject serta Sogi Indraduadja yang keduanya kini punya nama tenar.



Tahun 2000, Indra keluar dari OZ dan memutuskan membuat usaha sendiri. Ia berangkat ke Jakarta dan mendirikan perusahaan komunikasi bernama Metro Star hingga tahun 2004. Di tahun 2002, ia juga mendirikan perusahaan di Bandung yang bergerak di bidang konsultan radio yaitu PT. Radio Inovator Indonesia (RI-1).



Selain itu, Indra juga sempat beberapakali membuat media cetak seperti Buah Batu Bisnis, Bandung Plus, Pasar Mobil Bandung, Metro Pos, serta Tabloid Bobotoh. Persaingan yang cukup ketat membuatnya harus mencoba untuk kembali menggeluti dunia radio.



“Nah di radio ini, sekarang saya juga akan kembali menerbitkan tabloid,” katanya.

Banyak tantangan yang sudah ia dapatkan saat menjalani usahanya, Namun ia tetap bertahan dan mampu kembali bangkit untuk terjun di usaha baru. Menurutnya, kunci suksesnya harus berada pada mental yang kuat. Persaingan yang semakin ketat membuat tentu membutuhkan daya tahan yang kuat untuk menghadapinya.



Selain itu, Indra juga menyarankan agar terus berfokus pada usaha yang sedang dijalankan. Differensiasi juga jadi faktor yang penting untuk berlomba dengan perusahaan lain. Ia mengatakan, dengan perbedaan akan dapat menciptakan pasar sendiri yang bisa digarap.



Dengan adanya teknologi yang lebih maju seperti sekarang, Indra juga menyarankan agar memanfaatkan jaringan sosial di internet dengan lebih intensif. Menurutnya, hal itu bisa dijadikan sebagai sarana promosi efektif dan murah biaya.



“Saat ini banyak yang bisa dimanfaatkan untuk memajukan usaha, tinggal kitanya saja yang harus bisa mencari differensiasi, dan terus fokus pada usaha yang dikerjakan,” tutur mantan Ketua I PRSSNI (Persatuan radio Siaran Swasta Nasional Indonesia).

http://pengusaha.co.id/cerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar